Sabtu, 14 April 2012

Lagi, Gempa Guncang Aceh 2012

Lagi, Gempa Guncang Aceh

Masih segar dalam benak kita betapa dahsyat nya gempa di Aceh pada hari rabu, tahun 2004 lalu. Yang kemudian disusul dengan Tsunami. Siapapun kita, dimanapun kita berada, pasti melihat kejadian itu. Di semua stasiun televisi di Indonesia bahkan hingga seluruh penjuru dunia.

Waktu begitu cepat berlalu hingga tujuh setengah tahun sejak kejadian tersebut hingga kini. Namun begitu Aceh dilanda gempa kembali pada rabu, 11 April 2012 ini, dalam benak kita rasanya belum lama sejak Aceh dilanda Tsunami 2004 lalu.

Benarkah gempa yang berkekuatan 8,5 skala Richter tersebut berpotensi Tsunami?

Berikut ini perbedaan antara gempa Aceh pada tahun 2004 dan tahun 2012.



Menurut Subandono Diposaptono yang juga Direktur Tata Ruang Laut dan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Gempa pada tahun 2004 : Lokasi gempa di sepanjang zona subduksi pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia.
Gempa pada tahun 2012 : Lokasi hanya di lempeng Indo-Australia, sekira 175 km lebih ke selatan.
Gempa pada tahun 2004 : Merupakan gempa interplate yang berpotensial menyebabkan Tsunami.
Gempa pada tahun 2012 : Merupakan gempa interplate yang tidak menyebabkan Tsunami.
Gempa pada tahun 2004 : Efek gempa menyebabkan tepian dari lempeng Indo-Australia melenting ke atas depanjang 1.300 km tegak lurus zone penunjaman tempat lempeng samudra Hindia menyusup dibawah lempeng eurasia (megathrust), dari mulai Semeuleu sampai Andaman. Kondisi itu membuat air laut surut dan kemudian menghempas kedaratan.
Gempa pada tahun 2012 : Gempa hanya menyebabkan gerakan mendatar yang menimbulkan getaran dan riak gelombang di lautan. Efeknya, kalaupun terjadi Tsunami paling-palinghanya 10-20 cm, paling tinggi tak lebih dari 1 meter. (Antara/ea).

Sumber : http://www.bisnis.com/articles/gempa-aceh-ini-perbedaan-mendasar-gempa-2004-and-2012

Berikut beberapa penjelasan, mengapa di Indonesia sering terjadi gempa bumi.

Teori tektonika Lempeng, dalam bahasa Inggrisnya Plate Tectonics adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litofser bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Bumi Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.

Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litofser yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat.

Di bawah lapisan litosfer terdapat astenofser yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi,aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.

Prinsip-prinsip Utama

Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.

Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-lempengan tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempengan bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.

Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.

Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan magnesium.

Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan darisilikon dan aluminium.

Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km.

Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung-gunung berapi, dan palung samudra. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.

Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.

Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan material pembentuknya.

Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.

Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik. Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.

Marilah kita mohonkan pada Allah SWT, agar Indonesia dilindungi dari berbagai macam musibah. Semoga Saudara-saudara kita yang ditimpa musibah agar tabah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar Anda